MARISAPA (man1kabgorontalo.sch.id) – Berhasil melaju ke 30 besar Madrasah Young Research Super Camp (MYRES) tingkat Nasional, dua peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Gorontalo (Kabgor) Rahmawati Ibrahim dan Nazwa Adila Utami, presentasikan naskah hasil penelitian di Aula Workshop Keterampilan dan Pembelajaran, Senin (31/7/2023).
Kegiatan yang dilaksanakan guna menghadapi deadline pengiriman naskah pada tanggal 6 Agustus mendatang itu, secara khusus mendatangkan penguji eksternal untuk melatih mental dan menguji wawasan para peserta didik sekaligus memberikan masukan/koreksi untuk melengkapi laporannya sebelum dikirim ke panitia pusat.
Para penguji tersebut diantaranya Kasubag Organisasi Tata Laksana (Ortala) dan Kerukunan Umat Beragama (KUB) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo Wiwik Widyawati Mayang, Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo Arfan Nusi dan Kepala Madrasah Rommy Bau yang diketahui masing-masing bergelar Doktor atau S3.
Sebuah Karya Ilmiah dari bidang Ilmu Keagamaan Islam yang bertajuk “Korelasi Etnosains dengan Integrasi Islam terhadap Nilai-Nilai Filosofis Prosesi Tradisi Mongubingo Berbasis Falsafah Budaya Gorontalo” tersebut, kini tengah dipersiapkan secara maksimal agar dapat merebut tiket tampil di Grand Final, Expo dan Apresiasi para pemenang MYRES 2023.
Saat diwawancarai humas madrasah usai kegiatan, salah satu peserta didik Rahmawati Ibrahim mengatakan, Ia bersama Nazwa banyak memperoleh masukan dari penguji baik dari metedologi penelitian, struktur penulisan dan tambahan gagasan untuk dituangkan melengkapi laporan yang sudah dibuat sebelum pengiriman naskah ke panitia.
“Walaupun kami sudah sering tampil presentasi didepan orang tapi hari ini tetap saja masih gugup, pasalnya penguji bukan dari pendidik MAN 1 tapi pihak eksternal bergelar S3 pula. Berasa jadi mahasiswa yang lagi ujian karena pengujinya punya latar belakang pendidikan doktor. Tentu banyak ilmu yang kami peroleh, In syaa Allah bisa menjadi bahan pengalaman dalam rangka mempersiapkan diri agar bisa lolos masuk tahap presentasi berikutnya,” tutur Rahma
Pada kesempatan yang sama juga, salah seorang penguji eksternal Wiwik Widyawati memberikan apresiasi kepada pihak madrasah. Menurutnya, presentasi yang dilakukan anak-anak merupakan wahana untuk menguji talenta dan mental peserta sekaligus mengukur sejauh mana pemahaman terhadap penelitian yang dibuat.
“Saya sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan madrasah dalam mempersiapkan anak didiknya di ajang bergengsi ini. Sebelum mereka di uji oleh penguji pusat yang lebih berpengalaman dibidangnya, setidaknya anak-anak ini sudah bisa memperoleh gambaran pertanyaan yang kemungkinan ditanyakan,” tutur Wiwik
“Kami juga sudah memberi masukkan terutama dalam perbaikan metedologi penelitian, teknik penulisan dan juga koreksi untuk memperdalam penggalian data yang lebih detail lagi. Kami berharap bisa dijadwalkan lagi presentasinya untuk melihat finishing karya setelah direvisi, mengingat bahwa tradisi ” Mongubingo” ini adalah bagian dari tradisi budaya daerah Gorontalo. Besar harapan semoga hasil penelitiannya memberi nilai manfaat bagi masyarakat pada umumnya,” imbuhnya lagi. (Vhany)